Tuesday, June 21, 2016
Imam Ghozali, Pensiunan Guru yang Bertani Sayur Kale dari Amerika Serikat
Berawal dari Bule Inggris yang ’Nyasar’ di Batu
Sayur kale belum banyak diketahui publik. Imam Ghozali, warga Dusun Banaran, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, sukses membudidayakan sayur dari Amerika Serikat tersebut.
Aris Syaiful Anwar
Sawah milik Imam Ghozali berada di Dusun Banaran, Bumiaji, terlihat hijau oleh tanaman sayur kale dan tanaman jambu. Dia memiliki sawah ramah lingkungan 6.000 meter persegi. Untuk sawah seluas 4.000 meter persegi, dia tanami jambu kristal. Sementara 2.000 meter persegi sisanya ditanami sayur kale. Ada empat jenis kale yang ditanam, yakni red Russian, dwarf curly, nero, dan Siberian.
Pria yang kini berusia 61 tahun ini istirahat di pondok yang berada di tengah sawah saat koran ini mendatanginya. Diapun menyambut dengan ramah. ”Waktu Duhur harus istirahat,” kata Imam Ghozali, Kamis (16/7) kemarin.
Imam Ghozali pensiun dari dunia pendidikan pada bulan September 2015 lalu. Otomatis kegiatan di sekolah sudah tidak ada. Lulusan sarjana muda Teknik Mesin IKIP Malang tahun 1979 ini mempunyai kesibukan bertani organik. Kalau dahulu sejak tahun 2000 sudah merintis pertanian organik, tetapi belum secara total. ”Dan ternyata bertani di masa pensiun itu sangat nikmat,” ujarnya sembari tersenyum lepas.
Kakek yang dikaruniai satu cucu ini mengatakan, dirinya semakin bersemangat bertani organik. Apalagi setelah berhasil menanam sayur organik kale dalam jumlah banyak. Karena selain harganya sangat mahal, menanamnya juga tidak gampang. Oleh karena itu, dia menyebutnya sebagai superfood yang eksotis. Sebab, jarang orang yang menanam. Selain itu, harganya sangat mahal. ”Kami menjualnya Rp 100 ribu per kilorgram, tetapi dikemas per ons dengan harga Rp 10 ribu,” jelas mantan kepala SMKN 2 Kota Batu ini.
Meski belum lama menanam sayur kale, tetapi dia sudah menguasai 30 persen pasar sayur kale supermarket di Jawa Timur. Dia mengatakan, pada tahun 2014, dirinya mulai menanam sayur dengan banyak vitamin ini.
Ditanya soal asal usul dirinya menanam sayur kale, Imam mengatakan, pada tahun 2014 tiba-tiba ada mahasiswa dari London yang bernama James Cameron yang datang ke rumahnya. Mahasiswa asing itu membawa benih sayur kale. Sebelumnya James sudah berkeliling di Pujon tetapi tak mendapatakan petani yang khusus organik.
Imam Ghozali menceritakan, James mengetahui nama dan alamatnya dari sebuah buku di London. Dalam buku tersebut, Imam dikenal sebagai salah satu petani apel organik di tahun 2000. Mengetahui informasi itu, James mencari Imam ke Desa Bumiaji. ”Saya juga heran, kenapa bule langsung ke sawah. Infonya dia membaca buku di London ada nama Imam Ghozali,” kata kekek Lulusan Fisika, IKIP Malang tahun 1987 itu.
Imam mengatakan, memang dahulu tahun 2000, dirinya pernah mengembangkan apel organik sampai diakui oleh menteri pertanian. Tetapi karena harga apel yang terus merosot dan suhu di Desa Bumiaji kurang sesuai untuk apel, maka dia mengubah pertanian apel menjadi jambu kristal hingga sekarang. Menurut dia, mungkin karena sampai mendapat pengakuan dari menteri pertanian namanya masuk di dalam buku.
Dan dari situlah James Cameron tertarik. Menurut Imam, saat mendatangi dirinya, James memberikan cinderamata berupa bibit sayur kale. Lalu Imam menanam sayur kale sebanyak 50 bibit pada akhir tahun 2014. Dia hanya iseng menanam dan belum mengetahui manfaat serta pasar untuk sayuran itu.
Mantan guru Fisika di SMAN 1 Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB) ini mengatakan, tempatnya juga dibuka wisata petik jambu kristal sejak tahun 2012. Nah suatu ketika ada wisatawan yang tak sengaja melihat tanaman sayur kale dan bertanya kepada Imam mengenai sayur kale.
Wisatawan asal Surabaya itu hanya bertanya sekilas, lalu beberapa minggu kemudian kembali membawa saudaranya untuk membeli sayur kale. Tetapi pertemuan itu berlanjut ke arah bisnis yang saling menguntungkan. Wisatawan itu mempunyai organic farm di Surabaya. Selain itu, juga ingin kerja sama dengan memberikan bibit kale asal Amerika Serikat kepada Imam Ghozali.
”Dalam bisnis ada empat hal yang harus dimiliki, yakni infrastuktur, intelektual, kompetensi, dan terakhir uang,” jelas lulusan Pascasarjana Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Universitas Merdeka Malang tahun 2009 ini.
Imam sendiri mempunyai infrastruktur berupa sawah, kemudian intelektual dan kompetensi di pertanian organik juga dimiliki. Namun uang yang tak banyak dimiliki. Sehingga kerja sama dengan organic farm di Surabaya sebagai penyedia benih dan pasar.
Dia dibantu menantunya resmi menanam sayur kale dalam jumlah banyak pada Juni 2015. Ini untuk menyaingi industri besar pertanian organik seperti Kaliandra. Awalnya hanya 50 benih sayur kale, ditambah menjadi 4.000, ditambah lagi menjadi 8.000. Saat ini mencapai 10 ribu sayur kale dengan luas sawah 8.000 meter persegi. Dikatakannya, sayur kale cukup cepat untuk panen. Usia 55 hari sudah siap panen. Panen dilakukan dua hari sekali. ”Satu pohon sayur kale, bisa dipanen empat hingga lima bulan, lalu diganti dengan bibit yang baru,” katanya.
Setiap dua hari sekali, dirinya mengirim 20 kilogram ke supermarket di Surabaya. Untuk Malang masih dalam skala kecil. Harganya satu kilogram mencapai Rp 100 ribu. Agar lebih terjangkau, Imam mengemas sayur per ons dengan harga Rp 10 ribu.
Untuk memasarkan sayur kale, Imam memanfaatkan UD Bumiaji Sejahtera yang dia didirikan bersama menantunya, Rakhmad Hardianto pada April 2012. Awalnya UD tersebut untuk memasarkan jambu kristal. Saat ini ikut memasarkan sayur kale. Brandingnya dengan membuat stiker di kemasan sayur kale yang bertuliskan ‘Oleh-oleh Sehat Kota Batu’.
Imam juga mengatakan, dirinya ikut menyukseskan program Wali Kota Batu Eddy Rumpoko mengenai pertanian organik berbasis kepariwisataan internasional. Sehingga, saat ini sawah organiknya sering dikunjungi mahasiswa pertanian untuk belajar, mulai dari Universitas Brawijaya (UB), Universitas Muhammdiyah Malang (UMM), dan univeritas lainnya di Kota Malang.
sumber : radarmalang.co.id
0 komentar:
Post a Comment